Hakikat manusia dalam Islam
A. Arti hakikat manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau juga asal segala sesuatu. Dan dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawwuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benarnya diri titik sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di bumi. Alquran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Jadi hakikat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.
B. Hakikat manusia menurut pandangan umum
1. Hakikat manusia menurut pandangan perspektif filsafat.
Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir, karena memiliki Nalar intelektual . Dengan Nalar intelektual manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, menyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya.
Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keberadaan dirinya sendiri. Terdapat dua aliran pokok filsafat yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut yaitu evolusionisme dan kreasionisme.
Menurut evolusionisme, manusia adalah hasil Puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia sebagaimana halnya alam semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri, tanpa pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan konosuke matsushita.
Menurut kreasionisme, menyatakan bahwa asal-usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu kreatif kaos atau personality yaitu Tuhan. Penganut aliran ini antara lain Thomas aquinas dan Al Ghazali
2. Hakikat manusia menurut perspektif ekonomi.
Dalam perspektif ini Manusia adalah makhluk ekonomi yang dalam kehidupannya tidak lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat hajat kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka. Jadi Manusia adalah makhluk ekonomi.
3. Hakikat manusia menurut perspektif sosilogi.
Dalam perspektif ini Manusia adalah makhluk sosial yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Manusia disebut makhluk sosial karena segala sesuatunya pasti membutuhkan orang lain. Sejak manusia lahir ia telah dibantu oleh seseorang untuk membantu melahirkannya begitupun pada saat mati Ia juga dikuburkan oleh orang lain.
4. Hakikat manusia menurut perspektif psikologi.
Dalam perspektif psikologi Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensial dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan adanya jiwa manusia dapat berpikir, berkemauan, dan berkehendak.
5. Hakikat manusia menurut antropologi.
Dalam perspektif antropologi manusia adalah makhluk yang mengalami perubahan dan evolusi ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis dari berdasarkan waktu ke waktu.
C. Hakikat manusia menurut Islam
Manusia perlu mengenali hakikat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali kemaha perkasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaannya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakikat dirinya, manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah.
Berikut ini adalah hakikat manusia menurut pandangan Islam
1. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah.
Dalam Alquran surah Al Hajj ayat 5, yang memiliki arti sebagai berikut:
Sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah Kemudian dari setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan tidak berbentuk, untuk kami Perlihatkan kekuasaan Tuhanmu. QS. Al Hajj 22: 5.
Dari ayat di atas dapat kita angan-angan bahwa kita diciptakan oleh Allah dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, menjadi segumpal darah, segumpal daging, lalu menjadi bentuk seperti manusia seperti ini, kemudian Allah meniadakan kita lagi yaitu membinasakan kita dan menjadi Tidak berbentuk.
Dari sini kita bisa mengaca dari mana hakikat tubuh kita sebenarnya dari anak turun Nabi Adam yang diciptakan dari segumpal tanah serta ibu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam yang berasal dari tanah, kemudian terus melestarikan jenis hingga sekarang ini menggunakan perantara air mani.
2. Manusia adalah makhluk individualisme dan sosialisme.
Kita diciptakan oleh Allah antara satu dan yang lainnya pasti berbeda. Contohnya antara wajah yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Begitu pula dengan karakter masing-masing orang pastilah berbeda, bahkan hobi, kebiasaan hidup, dan yang lain-lain pastilah berbeda antara suatu individu. Dengan begini manusia disebut sebagai makhluk individualisme.
Allah berfirman dalam Alquran:
dialah yang menciptakan dari satu diri QS Al A'raf 7: 189.
Selain itu Manusia adalah makhluk sosial dimana setiap elemen kehidupan dari manusia pasti membutuhkan manusia lain. contohnya dalam kehidupan masyarakat pasti kita selalu berhubungan dengan orang lain. contoh yang paling kecil yaitu kita dilahirkan pasti dibantu oleh orang lain Dan kita mati pun pasti akan dikuburkan oleh orang lain.
Bahkan kita dianjurkan untuk mencintai orang lain atau kawan kita sendiri seperti kita mencintai diri kita.
Dalam Hadist berbunyi:
Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya sendiri seperti mencintai dirinya sendiri HR. Bukhari.
Senyummu Kepada Kawan adalah sedekah HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi.
3. Manusia merupakan makhluk yang terbatas
Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan dirinya, baik sebagai satu diri maupun sebagai makhluk Social, ternyata tidak dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan oleh Allah. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat dari pada makhluk-makhluk lainnya.
Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikirkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan Setiap anak cucu Adam berupa janji Atau persaksian akan menjalani hidup di dalam Fitrah beragama tauhid.
Firman Allah sebagai berikut:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi. QS. Al A'raf 7: 172.
Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak ada menyembah selain Allah. Dan bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah. Dari situ manusia tidak bebas menyembah sesuatu selain Allah yang disebut sebagai perbuatan Syirik dan kufur hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk. dimurkai nya.